Iklan

Kamis, 16 Oktober 2025, Oktober 16, 2025 WIB
Last Updated 2025-10-25T06:31:47Z
Ekonomi Syariah

Koperasi Syariah Dorong Kemandirian Ekonomi Umat di Tengah Tantangan Digital

Advertisement


Jombang,  
Perkembangan ekonomi digital yang pesat mendorong berbagai lembaga keuangan mikro, termasuk koperasi syariah, untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Salah satunya dilakukan oleh Koperasi Syariah BMT NU Gudo, yang terus memperkuat perannya sebagai penggerak ekonomi umat melalui sistem keuangan berbasis syariah dan pemberdayaan masyarakat.

Menjelaskan bahwa koperasi syariah bukan sekadar lembaga simpan pinjam, tetapi wadah perjuangan ekonomi warga Nahdliyin yang berpijak pada nilai-nilai keadilan, kebersamaan, dan keberkahan.

“Kita tidak hanya bicara profit, tetapi juga barakah. Dalam sistem syariah, keberhasilan ekonomi harus berdampak sosial. Anggota tidak hanya diuntungkan secara materi, tapi juga dikuatkan dalam ukhuwah dan tanggung jawab sosial,” ujarnya,

Menurutnya, di tengah ketatnya persaingan ekonomi digital, BMT NU Gudo berupaya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan layanan kepada anggota. Transformasi digital dilakukan melalui aplikasi keanggotaan berbasis Android yang memudahkan masyarakat melakukan transaksi, mengecek saldo, hingga mengajukan pembiayaan tanpa harus datang langsung ke kantor.

“Pandemi memberi pelajaran penting tentang efisiensi dan adaptasi. Kini kami sedang mengembangkan aplikasi keuangan syariah internal agar lebih cepat, aman, dan transparan,” imbuhnya.

Ekonomi Berbasis Masjid dan Pesantren

Program unggulan koperasi ini juga melibatkan jaringan masjid dan pesantren di tingkat desa. Melalui program “Masjid Mandiri”, koperasi memberikan pembiayaan tanpa riba kepada takmir masjid untuk pengembangan usaha produktif, seperti kios sembako, usaha katering, hingga pengolahan hasil pertanian lokal.

“Masjid tidak hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga pusat pergerakan ekonomi umat. Dengan sistem bagi hasil, masjid bisa mandiri tanpa bergantung pada donasi,” jelas Saifuddin.

Selain itu, koperasi bekerja sama dengan Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) dan Lazisnu dalam program pemberdayaan mustahik menjadi muzaki. Para penerima bantuan usaha mikro dibina secara berkelanjutan agar mampu naik kelas dan berkontribusi pada ekonomi syariah lokal.

Menumbuhkan Literasi Ekonomi Syariah

Di sisi lain, rendahnya literasi keuangan syariah masih menjadi tantangan besar. Banyak masyarakat pedesaan belum memahami perbedaan antara bunga konvensional dan sistem bagi hasil dalam Islam. Karena itu, BMT NU Gudo rutin mengadakan pelatihan literasi ekonomi syariah di tingkat ranting NU dan majelis taklim.

Menurut pengurus LPNU Kabupaten Jombang, KH. Ali Mubarok, peningkatan literasi menjadi kunci agar masyarakat tidak mudah terjebak pada praktik pinjaman online (pinjol) ilegal yang meresahkan.

“Ekonomi syariah menawarkan keadilan dan keberlanjutan. Jika masyarakat memahami prinsipnya, insyaallah mereka tidak akan tergoda oleh praktik keuangan yang menjerat,” tegasnya.

Ia menambahkan, pelatihan ini juga mengajarkan prinsip dasar fiqih muamalah seperti akad murabahah, mudharabah, dan musyarakah, sehingga masyarakat memahami konsep bisnis yang halal dan menghindari riba.

Arah Penguatan Ekonomi Umat

Menjelang tahun 2026, BMT NU Gudo menargetkan pembentukan 20 koperasi syariah cabang di bawah naungan MWCNU di berbagai kecamatan di Jombang. Langkah ini diharapkan menjadi model replikasi ekonomi umat berbasis jamaah yang terukur dan berkelanjutan.

Program tersebut mendapat dukungan penuh dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang. Wakil Ketua PCNU bidang ekonomi, KH. Nur Hadi, menilai gerakan koperasi syariah sejalan dengan visi besar NU untuk mewujudkan kemandirian jam’iyyah melalui penguatan ekonomi akar rumput.

“NU tidak hanya kuat di bidang dakwah dan pendidikan, tetapi juga harus tangguh secara ekonomi. Koperasi syariah menjadi instrumen penting dalam mewujudkan kemandirian itu,” ujar KH. Nur Hadi.

Dengan semangat gotong royong dan nilai-nilai keislaman yang membumi, koperasi syariah diharapkan menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi umat. Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, semangat ta’awun (tolong-menolong) dan ukhuwah iqtishadiyah (persaudaraan ekonomi) menjadi fondasi kuat menuju kesejahteraan yang berkeadilan.