Advertisement
Jombang, Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) MWCNU Gudo menunjukkan hasil nyata dari program zakat produktif yang dijalankan sejak tahun 2022. Melalui bantuan modal tanpa riba dan pendampingan usaha, puluhan petani kecil kini bertransformasi dari penerima zakat (mustahik) menjadi pembayar zakat (muzaki).
Ketua Lazisnu Gudo, H. M. Fathurrahman, menjelaskan bahwa zakat produktif bukan sekadar memberikan dana konsumtif, tetapi menjadi sarana pemberdayaan berkelanjutan.
“Kita ingin zakat tidak habis dalam sehari, tapi menjadi bibit ekonomi baru. Petani yang dulu menerima zakat kini bisa mandiri dan memberi zakat pula,” ungkapnya, Sabtu (25/10/2025).
Pemberdayaan Berbasis Kelompok Tani NU
Program ini dijalankan melalui kelompok tani binaan NU, seperti Kelompok Tani Barokah Makmur di Desa Sukorejo. Mereka mendapatkan bantuan alat pertanian modern, bibit unggul, dan pelatihan manajemen syariah hasil kerja sama Lazisnu, LPNU, dan Dinas Pertanian Jombang.
Petani anggota, Slamet Riyadi, mengaku hasil panennya meningkat hingga 40 persen setelah mengikuti pendampingan.
“Dulu saya pinjam uang di rentenir. Sekarang cukup pakai sistem bagi hasil dengan koperasi syariah NU. Lebih tenang, lebih berkah,” ujarnya.
Efek Domino Ekonomi Umat
Dampak positif juga terasa di sektor lain. Hasil panen petani binaan dibeli oleh koperasi dan dikelola menjadi produk olahan seperti beras kemasan dan pakan ternak. Dengan demikian, nilai tambah ekonomi tetap berputar di kalangan jamaah.
Menurut KH. Abdul Karim, Ketua Tanfidziyah MWCNU Gudo, model ini menjadi contoh nyata sinergi zakat dan ekonomi syariah.
“Zakat produktif adalah implementasi nyata prinsip an-naf’u lil-ummah (kemanfaatan bagi umat). Dengan itu, NU menunjukkan Islam tidak hanya mengajarkan ibadah ritual, tapi juga solusi sosial ekonomi,” tegasnya.
Ke depan, Lazisnu Gudo menargetkan 100 keluarga penerima manfaat baru dan akan memperluas sektor usaha ke peternakan dan perikanan berbasis wakaf produktif.
